Search This Blog

Tuesday, April 26, 2016

MENUNTUT ILMU

A.    Pengertian Menuntut Ilmu
Agama Islam sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah seseorang menjadi sempurna. Dengan ilmu manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perbuatan kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Tujuan menuntut ilmu semata-mata merupakan jalan untuk memahami dan menguasainya bagi melaksanakan ubudiyyah kepada Allah swt. selain itu juga untuk melaksanakan petunjuk Allah swt.
Tujuan menuntut ilmu antara lain, sebagai berikut :
1.      Membina kekuatan ummah Islam
2.      Mencari kemaslahatan masyarakat manusia
Menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada hal-hal keakhiratan saja tetapi juga tentang keduniaan. Kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat adalah ilmu.
Kunci ilmu pengetahuan :
1.      Membaca
Tentang bidang membaca, Allah berfirman :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq :1-5)
2.      Menyelidiki Alam Semesta
Tentang anjuran menyelidiki alam semesta, Allah swt. berfirman :
“Katakanlah : “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus :101)

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah” (QS. Al-A’raaf :185)

“Katakanlah :”Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang ciptaan Allah).” (QS. Saba :46)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) :”Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imraan :190-191)
3.      Melakukan Perjalanan di Atas Bumi Allah swt.
Dasar-dasar Hukum Menuntut Ilmu
Rasulullah saw. Bersabda :
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang Islam laki-laki dan perempuan.” (HR. Ibnu Majah)
 


           
            Artinya :
“... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ... . (QS. Al-Mujaadilah : 11)
َمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ ﴿رواه مسلم
Artinya : “Barang siapa melewati jalan dimana ia menuntut ilmu pada jalan itu, niscaya Allah memudahkan kepadanya jalan menuju surga” (HR. Muslim)

Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka Allah menjadikannya ia pandai mengenai agama dan ia diilhami PetunjukNYa [Muttafaq 'alaih]

 

Dua pekerti tidak terdapat di dalam orang munafik, yaitu perilaku yang baik dan pandai dalam agama [H.R. At Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia mengatakan hadits gharib]

 

Iman itu telanjang, pakaianya adalah takwa, perhiasannya adalah malu, dan buahnya adalah ilmu [Al Hakim dalam Tarikh Naisabur dari hadits Abu Darda' dengan sanad yang lemah]

 

Barang siapa dari ummatku menghafal empat puluh buah hadits maka ia bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla pada hari Kiyamat sebagai seorang faqih yang ‘alim [Ibnu Abdil Barr dari hadits Anas dan ia melemahkannya]

 

Orang pandai adalah kepercayaan Allah Yang Maha Suci di atas bumi [Ibnu Abdil Barr dari Mu'adz dengan sanad yang lemah].
Adab-adab Seorang Penuntut Ilmu
Di antara adab-adab yang mendasar yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu adalah sebagai berikut:
1. Ikhlash dalam menuntut ilmu
2. Beramal dengan ilmu yang telah dipelajari dan menjauhi maksiat
3. Tawadhu’ (rendah hati)
4. Menghormati ulama dan majlis ilmu
5. Sabar dalam menuntut ilmu
6. Berlomba-lomba dalam menuntut ilmu
7. Jujur dan amanah
8. Menyebarkan ilmu dan mengajarkannya
9. Zuhud terhadap dunia
10. Bersungguh-sungguh dalam menjaga waktu dan memanfaatkannya semaksimal mungkin
11. Mengulang pelajaran supaya tidak lupa
12. Adanya kewibawaan dan rasa malu
13. Berteman dengan orang shalih
B.      Semangat Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu harus dilakukan dengan sungguh sungguh. Seseorang yang hanya bermalas-malasan tidak akan memperoleh ilmu pengetahuan yang diinginkannya. Seandainya ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan lamunan atau khayalan, tidak akan ada satu pun manusia yang bodoh. Demikian disebutkan dalam pepatah bahasa Arab. Jika pengetahuan dapat dieroleh dengan hanya berkhayal, semua orang akan pandai cukup dengan berhayal. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa ilmu pengetahuan harus diperoleh dengan bekerja keras.
Selain bekerja keras, seseorang yang menuntut ilmu harus bersabar.
“Jika sebongkah batu yang keras dapat terkikis oleh tetesan air terus menerus, yakinlah bahwa otak manusia akan dapat menerima ilmu dengan ketekunan dan kesabaran.”
Selalu bersemangat dan penuh optimis adalah satu sikap yang harus ada dan dimiliki para pencari ilmu. Sebab, kesungguhan kita dalam segala hal, akan menghasilkan hasil yang memuaskan.
Allah swt. berfirman :
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm :39)
Beberapa sikap yang menunjukkan sikap semangat dan optimis saat menuntut ilmu, antara lain sebagai berikut :
1.      Fokus terhadap materi yang disampaikan
2.      Mengabaikan segala sesuatu yang tidak terkait dengan pelajaran
3.      Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap materi yang dipelajari
4.      Mempunyai keinginan untuk dapa menguasai dan mempraktikan materi yang disampaikan
5.      Tidak pernah putus asa ketika menemui kegagalan dan berusaha untuk terus memperbaikinya.
Setelah mendapat ilmu yang bermanfaat, maka langkah selanjutnya adalah mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. Ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada orang lain tidak akan habis, malah akan semakin bertambah. Itulah salah satu keutamaan ilmu daripada harta.

C.      Patuh kepada Orang Tua dan Guru
1.      Patuh kepada orang tua
Kiat-kiat patuh terhadap orang tua :
1. Selalu berbicara sopan kepada kedua orangtua, jangan menghardik, mengomel ataupun memukul mereka. Karena walau hanya berkata “AH” saja tidak diperbolehkan dalam Islam.
2. Selalu taat kepada orangtua, selama tidak untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT.
3. Selalu bersikap lemah lembut, janganlah bermuka masam di hadapan mereka.
4. Selalu menjaga nama baik, kehormatan dan harta kedua orangtua, serta tidak mengambil sesuatu tanpa ijin mereka.
5. Selalu melakukan hal-hal yang dapat meringankan tugas mereka bedua, meskipun tanpa diperintah.
6. Selalu bermusyawarah dengan mereka dalam setiap masalah dan meminta maaf dengan baik jika ada perbedaan pendapat.
7. Selalu datang segera, jika mereka memanggil.
8. Selalu menghormati kerabat dan kawan-kawan mereka.
9. Selalu sopan dalam menjelaskan setiap masalah. Jangan membatah mereka dengan perkataan kasar.
10. Selalu membantu ibu dalam pekerjaan di rumah dan membantu ayah dalam pekerjaan di luar rumah (mencari nafkah).
11. Selalu mendoakan mereka berdua.
12. Jangan membantah perintah mereka ataupun mengeraskan suara di atas suara mereka.
13. Jangan masuk ke tempat/kamar mereka, sebelum mendapat ijin.
14. Jangan mendahului mereka saat makan dan hormatilah mereka dalam menyantap makanan dan minuman.
15. Jangan mencela mereka, jika mereka berbuat sesuatu yang kurang baik.
16. Jika merokok, janganlah dihadapan mereka.
17. Jika telah sanggup/mampu mencari rezeki, bantulah mereka.
18. Usahakan bangun dari tempat duduk/tempat tidur, jika mereka datang.
19. Jika meminta sesuatu dari orangtua, mintalah dengan lemah lembut, berterima kasihlah atas pemberian mereka, maafkanlah jika mereka tidak memenuhi permintaan kita dan janganlah terlalu banyak meminta supaya tidak mengganggu mereka.
20. Jangan keluar dari rumah/pergi sebelum mereka mengijinkan, meskipun untuk urusan penting. Jika terpaksa pergi, maka mintalah maaf kepada mereka.
21. Kunjungilah mereka sesering mungkin, berilah hadiah, sampaikan terima kasih atas pendidikan dan jerih payah mereka serta ambillah pelajaran dari anak-anakmu betapa susahnya mendidik mereka. Seperti halnya betapa berat susahnya orangtua kita mendidik kita.
22. Orang yang berhak mendapat penghormatan adalah ibu, kemudian ayah. Ketahuilah bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.
23. Doa kedua orangtua dalam kebaikan ataupun kejelekan di terima oleh Allah Swt. Maka berhati-hatilah terhadap doa mereka yang jelek.
24. Usahakan tidak menyakiti orangtua ataupun membuat mereka marah sehingga membuat diri kita merana di dunia dan akhirat. Ingatlah, anak-anakmu akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan kedua orangtuamu.
25. Kedua orangtuamu mempunyai hak atas kamu, istri/suamimu mempunyai hak atas kamu. Jika suatu ketika mereka berselisih, usahakanlah dipertemukan dan berilah masing-masing hadiah secara diam-diam.
Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tidak bentuk kewajiban:
Pertama    : Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.
Kedua        : Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
Ketiga        : Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.
Orang tua itu memiliki kasih sayang yang luar biasa terhadap anaknya sendiri maupun terhadap cucunya. Ketaatan anak terhadap orang tuanya memiliki hikmah yang luar biasa. Do’a orang tua sangat mustajab terhadap anak dan cucunya
Oleh karena itu, sebagai anak harus patuh, harus berbakti kepada orang tuanya jika ingin menjadi sukses di dunia dan di akherat kelak.
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash ra, bahwasannya Rasulullah saw bersabda,
“Di antara dosa-dosa besar itu ialah orang mencaci ibu-bapaknya”. Ditanya pula, “Bagaimana orang mencaci ibu-bapaknya?” Beliau bersabda, “Ya, ia mencaci ayah seseorang, maka orang itu mencaci ayahnya (membalas), ia mencaci ibu seseorang, dan orang itu mencaci ibunya.” (Muttafaq`alaih) (QS. Al-Ahqaaf :15,17)
Tidak ada sesuatu yang paling menggembirakan ayah ibu daripada melihat anaknya dapat menyenangkan hati, berbakti, taat sopan santun dan cerdas. Begitu juga sebaliknya tiada sesuatu yang lebih menyedihkan hati mereka daripada melihat anak mereka yang durhaka, pembangkang tidak sopan lagi bodoh.
2.      Patuh kepada guru
Setelah hormat dan menghargai ibu bapak,setiap muslim wajib hormat dan menghargai gurunya. Karena gurulah yang telah berjasa memberikan pelajaran dan pendidikan kepada muridnya agar menjadi manusia yang luhur budinya, cakap, serta menjadi warga negara yang berguna bagi tanah air, agama dan bangsa. Begitu pula agar menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan negara.
Oleh karena itu guru yang benar-benar menjalankan tugasnya harus di hargai dan di hormati. Sebagaimana di perintahkan dalam hadits Nabi yang artinya : "Muliakanlah orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu" (HR. Abu Hasan Mawardi).
Berdasarkan hadits Nabi di atas maka amat tercela orang yang tak dapat mengharhgai gurunya. Apalagi bersikap tidak sopan dan meremehkan. Baik guru yang masih memberikan pelajaran atau tidak. Sebab itu terhadap bekas/mantan guru kita jangan sampai melupakan jasa-jasanya. Hal itu sering kali terjadi terutama jika bekas murid telah mencapai kedudukan atau pendidikan yang lebih tinggi dari gurunya.
Bagi pelajar yang setiap hari berhubungan dengan gurunya,adab sopan santun terhadap mereka perlu di perhatikan dan di laksanakan.
Yang perlu di perhatikan antara lain :
1.      Ucapkan salam atau rasa hormat terlebih dahulu kepada guru, jika bertemu dengan mereka.
2.      Taat dan patuh melakukan perintah guru, asalkan tidak bertentangan dengan ajaran agama dan undang-undang.
3.      Perhatikanlah ketika guru sedang memberikan pelajaran dan jangan terlalu banyak bertanya jika tidak di izinkan.
4.      Tunjukanlah sikap yang merendahkan diri,selalu hormat dan sopan terhadap guru. Baik dalam tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari.
5.      Jangan berjalan di depan guru,kecuali jika di izinkan atau sesuai kondisi tapi usahakan di belakang guru.
Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak termasuk golongan kami; orang yang tak menghormati yang lebih tua, tak menyayangi yang lebih muda, dan tak mengetahui hak seorang ulama”
Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullaah berkata, “Seorang penuntut ilmu harus memperbaiki adabnya terhadap gurunya, memuji Allah yang telah memudahkan baginya dengan memberikan kepadanya orang yang mengajarkannya dari kebodohannya, menghidupkannya dari kematian (hati)nya, membangunkannya dari tidurnya, serta mempergunakan setiap kesempatan untuk menimba ilmu darinya....”

Hikmah yang bisa dipetik :

1.       Berbakti kepada orang tua dan guru akan membawa berkah, memudahkan urusan, dan dianugerahi nikmat yang lebih dari Allah.

2.       Seorang guru tidak selalu diatas muridnya, ilmu dan kelebihan itu merupakan anugerah, Allah akan memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.

3.       Keyakinan (iman) adalah sumber kekuatan dan kebahagiaan.


D.    Tokoh Teladan dalam Menuntut Ilmu
Ar-Razi
Nama dan nasab beliau
Beliau adalah Muhammad bin Idris bin al-Mundzir bin Daud bin Mihron. Beliau mendapat julukan al-Imam, al-Hafidh, ahli hadits dan julukan lainnya.
Kelahiran Beliau
Beliau lahir pada tahun seratus sembilan puluh lima hijriah (195 H)

Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Beliau rahimahullah berkata: “Aku menghitung panjangnya perjalanku dalam mencari hadits, lebih dari tiga ribu mil, aku berjalan berkali-laki dari Makkah ke Madinah, dari Bahrain menuju Mesir, dari Mesir ke Ramlah, dari Ramlah ke Baitul Maqdis dan ke Thabariah, dari Thabariyah menuju Damaskus, dari Damaskus menuju Himsha, dari Himsha menuju Anthakiya, dari anthakiya menuju Thursus, dari thursus kembali ke Himsha untuk mengambil hadits yang masih tertinggal dari hadits Abil Yaman, setelah aku mendengar hadits tersebut maka aku keluar dari Himsha menuju ke Bisan, dari Bisan menuju Rukoh, dari Rukoh aku menyeberangi sungai Efrat menuju Bagdad, akupun keluar (darinya) sebelum keluar dari Syam melalui Daerah Washitin, Dari Washitin menuju Kufah, semua itu aku lalui dengan berjalan kaki, dan ini adalah perjalan pertamaku dalam mencari hadits, sedangkan umurku pada waktu itu dua puluh tahun, aku berkeliling (mencari hadits) selama tujuh tahun”.

Kisah kesabaran beliau dalam menuntut ilmu
Beliau menceritakan tentang dirinya, beliau berkata: “Aku tinggal di Bashroh pada tahun 214 H selama delapan bulan, sebenarnya aku berniat tinggal padanya selama satu tahun, lalu habislah perbekalanku, maka akupun menjual bajuku yang aku pakai, helai demi helai. (setiap hari -red) Aku dan temanku berkeliling mendatangi para Syaikh(ulama), mendengarkan dari mereka (hadits -red) hingga sore hari, setelah temanku kembali kerumahnya, akupun kembali ke rumahku dengan tangan kosong (tanpa membawa makanan), akupun minum air untuk menghilangkan rasa lapar, keesokan harinya aku berkeliling kembali bersama temanku untuk mendengarkan hadits, sedangkan aku dalam keadaan sangat lapar, (seperti biasa -red) dia pulang ke rumahnya dan akupun pulang, sedangkan aku dalam keadaan lapar. Pada keesokan harinya dia datang kepadaku di waktu pagi dan berkata: “Ayo, berangkat bersama kami mendatangi Syeikh, maka aku menjawab: “Badanku sangat lemah”, dia bertanya: “Apa yang membuat badanmu menjadi lemah?”, aku menjawab: “Aku tidak bisa menyembunyikan kondisiku ini kepadamu, sungguh aku belum makan sejak beberapa hari. Maka dia berkata: “aku mempunyai sisa uang satu dinar, aku akan memberimu setengah dinar dan setengahnya kau gunakan untuk membayar sewa. Setelah itu kami pergi meninggalkan kota Bashrah.

Pujian ulama kepadanya
Tidak diragukan lagi bahwa Abu Hatim ar-Razi adalah seorang ulama besar yang mengorbankan jiwa dan hartanya dalam mencari hadits, tidak heran jika banyak pujian para ulama kepadanya. Diantara pujian ulama kepadanya adalah apa yang dikatakan oleh al-Hafidh Abdurahman bin Hirasy, dia berkata: “Abu Hatim adalah seorang yang amanah dan berpengetahuan luas (berilmu -red).
Abul Qosim berkata: “Abu Hatim adalah seorang imam, hafidh, yang kuat(riwayatnya).
Al-Khatib berkata: “Abu Hatim adalah salah satu dari para imam, al- Hafidh, yang kuat(hafalannya)…dia mulai mendengarkan hadits pada tahun dua ratus sembilan hijriyah (209 H).
Al-Khalil berkata: “Abu Hatim adalah orang yang mengetahui tentang perselisihan Sahabat, dan fikih Tabi’in, serta orang-orang yang setelahnya, aku mendengar kakekku dan beberapa orang selain beliau bahwa mereka mendengar Ali bin Ibrahim al-Qothani berkata: “Aku belum pernah melihat seseorang seperti Abu Hatim, maka kami berkata kepadanya: “Bukankah engkau telah melihat Ibrahim al-Harbi dan Ismail al-Qadhi, maka dia berkata: “Aku tidak melihat (mereka) lebih sempurna dari Abu Hatim, dan tidak juga lebih mulia darinya”.



Karya tulis beliau
Beliau mempunyai banyak karya tulis, diantaranya adalah:
1.Tentang kesalahan imam Bukhari pada tarikhnya.
2.Kitab ‘Ilal Hadits.
3.Kitab Adab Syafi’i dan Manakibnya.
4.Kitab al-Jarhu Wa Ta’dil.
5.Kitab Marasil.
6.Kitab Tafir.

Wafat beliau
Berkata Abul Husain bin al-Munadi: “Al-Hafidh Abu Hatim meninggal pada bulan sya’ban pada tahun 277 H”. Diriwayatkan bahwa beliau hidup selama delapan puluh tiga tahun.


Daftar Pustaka :

UJI COBA DAYA HANTAR LISTRIK PADA LARUTAN KIMIA

        I.            TUJUAN
                Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menguji daya hantar listrik beberapa larutan kimia yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

      II.            LANDASAN TEORI
                Pada tahun 1884, Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia mengemukakan teori elektrolit. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik.
                Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday, diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini terbentuk karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif mengalami oksidasi.

    III.            ALAT DAN BAHAN
v  ALAT
·         Gelas Kimia 100 ml
·         Stik Pengaduk
·         Alat Uji Elektrolit (Bohlam, Baterai 9 Volt, Kabel, Penjepit, Elektrode)
·         Pisau
·         Kain Lap
·         Ampelas
v  BAHAN
·         Air
·         Gula
·         Garam Dapur
·         Urea
·         Asam Cuka
·         Alkohol 70%
·         Jeruk Nipis
·         Sabun Cair
·         Air Mineral (Aqua)
·         Air Hujan
·         Air Laut
   IV.            LANGKAH KERJA
1.      Siapkan Alat  dan Bahan.
2.      Campurkan Gula, Garam, Urea, dan Sabun Cair dengan Air sebanyak 100 ml, lalu taruhlah larutan tersebut kedalam Gelas Kimia.
3.      Taruhlah alkohol 70%, Air Hujan, Air Laut, dan Air Mineral sebanyak 100 ml kedalam gelas beker.
4.      Potonglah Jeruk Nipis menggunakan pisau, Lalu peraslah dan taruhlah air jeruk nipis tersebut (secukupnya) dalam gelas kimia.
5.      Ujilah masing masing elektrolit menggunakan Alat Uji Elektrolit (Elektrode tidak boleh bersentuhan pada saat pengujian).
6.      Agar Elektrode berfungsi dengan baik, ampelaslah elektrode dengan menggunkan ampelas.

     V.            HASIL PENGAMATAN
BAHAN YANG DIUJI
RUMUS ZAT TERLARUT
LAMPU MENYALA / TIDAK
PENGAMATAN LAIN
Larutan Garam Dapur
NaCl
Menyala (Terang)
Bergelembung Banyak
Larutan Gula
C12H22O11
Tidak
Tidak Bergelembung
Larutan Urea
CO(NH2)2
Tidak
Tidak Bergelembung
Larutan Asam Cuka
CH3COOH
Tidak
Bergelembung Sedikit
Alkohol 70%
C2H5OH
Tidak
Tidak Bergelembung
Air Jeruk Nipis
C6H8O7
Tidak
Bergelembung Banyak
Larutan Sabun Cair
RCOOK
Menyala
Bergelembung Banyak
Air Hujan
CO2(g) + H2O
Tidak
Tidak Bergelembung
Air Mineral
H2O
Tidak
Bergelembung Sedikit
Air Laut

Menyala (Terang)
Bergelembung Banyak

   VI.            PERTANYAAN
1.      Apa yang menyebabkan bohlam menyala dan tidak menyala?
Jawab :
Yang menyebabkan lampu menyala atau tidak adalah apabila pada larutan tersebut seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion (terionisasi sempurna). Dengan adanya ion positif dan negatif maka transfer elektron antara anoda dan katoda akan berjalan dengan sempurna sehingga lampu menyala terang. Namun apabila pada larutan tersebut tidak terionisasi maka lampu tersebut tidak menyala.
2.      Mengapa Larutan Elektrolit dapat menghantarkan listrik?
Jawab :
Didasarkan pada teori ionisasi Arhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena di dalam larutan terkandung atom-atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik yang bergerak bebas. Atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik disebut ion.
Perubahan suatu senyawa menjadi ion-ion dalam suatu larutan disebut proses ionisasi. Proses ionisasi merupakan salah satu cara menunjukan pembentukan ion-ion, umumnya ditulis tanpa melibatkan molekul air atau pelarut, namun terkadang molekul air dituliskan juga. Misalnya HCl yang dilarutkan dalam air dapat ditulis dalam dua persamaan :
                HCl                         H+ + Cl
                HCl + H2O               H3O+ + Cl
                CH3COOH               H+ + CH3COO
CH3COOH + H2O                    H3O+ + CH3COO
Ketika diberi beda potensial, Ion yang bermuatan negatif bergerak menuju anoda (+) sedangkan ion yang bermuatan positif bergerak menuju katoda (-) karena adanya perbedaan muatan. Aliran ion inilah yang menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik.
Senyawa seperti glukosa, etanol, gula tebu dan larutan urea dalam bentuk padatan, lelehan maupun larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak mengalami ionisasi atau tetap dalam bentuk molekul.
 VII.            KESIMPULAN
Perbedaan daya hantar listrik ditandai dengan nyala bohlam dan adanya gelembung di elektrode. Larutan elektrolit kuat menyebabkan bohlam menyala dan terbentuk banyak gelembung udara, misalnya larutan garam dapur, larutan air sabun, dan air laut. Larutan elektrolit lemah menyebabkan bohlam menyala redup atau tidak menyala dan terdapat pembentukan gelembung di salah satu atau kedua elektrode, misalnya larutan asam cuka, dan air jeruk nipis. Sedangkan larutan nonelektrolit tidak menyebabkan reaksi apapun pada bohlam dan tidak menimbulkan gelembung pada elektrode, misalnya larutan gula, larutan urea, alcohol 70%, dan air hujan.

VIII.            REFERENSI