A. Pengertian
Menuntut Ilmu
Agama Islam
sangat memperhatikan pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan karena dengan
ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu, ibadah
seseorang menjadi sempurna. Dengan ilmu manusia dapat mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk.
Menuntut
ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perbuatan kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu
menunjukkan jalan kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Tujuan
menuntut ilmu semata-mata merupakan jalan untuk memahami dan menguasainya bagi
melaksanakan ubudiyyah kepada Allah swt. selain itu juga untuk melaksanakan
petunjuk Allah swt.
Tujuan menuntut
ilmu antara lain, sebagai berikut :
1. Membina kekuatan ummah Islam
2. Mencari kemaslahatan masyarakat
manusia
Menuntut
ilmu tidak hanya terbatas pada hal-hal keakhiratan saja tetapi juga tentang
keduniaan. Kunci utama keberhasilan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di
akhirat adalah ilmu.
Kunci
ilmu pengetahuan :
1. Membaca
Tentang bidang membaca, Allah berfirman :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq :1-5)
2. Menyelidiki Alam Semesta
Tentang anjuran menyelidiki alam semesta, Allah swt.
berfirman :
“Katakanlah : “Perhatikanlah apa yang ada di langit
dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang
memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Yunus :101)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit
dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah” (QS. Al-A’raaf :185)
“Katakanlah :”Sesungguhnya aku hendak memperingatkan
kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)
berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang ciptaan
Allah).” (QS. Saba :46)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata) :”Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS. Ali Imraan :190-191)
3. Melakukan Perjalanan di Atas Bumi Allah
swt.
Dasar-dasar Hukum Menuntut Ilmu
Rasulullah saw. Bersabda :
“Menuntut
ilmu itu wajib atas setiap orang Islam laki-laki dan perempuan.” (HR. Ibnu
Majah)
Artinya :
“... niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat ... . (QS. Al-Mujaadilah : 11)
َمَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا
يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا
سَهَّلَ
اللَّهُ
لَهُ بِهِ
طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ ﴿رواه مسلم ﴾
Artinya : “Barang siapa melewati jalan dimana
ia menuntut ilmu pada jalan itu, niscaya Allah memudahkan kepadanya jalan
menuju surga” (HR. Muslim)
Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan maka Allah menjadikannya ia pandai mengenai agama dan ia diilhami PetunjukNYa [Muttafaq 'alaih]
Dua pekerti tidak terdapat di dalam orang munafik, yaitu perilaku yang baik dan pandai dalam agama [H.R. At Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia mengatakan hadits gharib]
Iman itu telanjang, pakaianya adalah takwa, perhiasannya adalah malu, dan buahnya adalah ilmu [Al Hakim dalam Tarikh Naisabur dari hadits Abu Darda' dengan sanad yang lemah]
Barang siapa dari ummatku menghafal empat puluh buah hadits maka ia bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla pada hari Kiyamat sebagai seorang faqih yang ‘alim [Ibnu Abdil Barr dari hadits Anas dan ia melemahkannya]
Orang pandai adalah kepercayaan Allah Yang Maha Suci di atas bumi [Ibnu Abdil Barr dari Mu'adz dengan sanad yang lemah].
Adab-adab Seorang Penuntut Ilmu
Di antara
adab-adab yang mendasar yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu adalah
sebagai berikut:
1. Ikhlash dalam menuntut ilmu
2. Beramal dengan ilmu yang telah dipelajari dan menjauhi maksiat
3. Tawadhu’ (rendah hati)
4. Menghormati ulama dan majlis ilmu
5. Sabar dalam menuntut ilmu
6. Berlomba-lomba dalam menuntut ilmu
7. Jujur dan amanah
8. Menyebarkan ilmu dan mengajarkannya
9. Zuhud terhadap dunia
10. Bersungguh-sungguh dalam menjaga waktu dan memanfaatkannya semaksimal mungkin
11. Mengulang pelajaran supaya tidak lupa
12. Adanya kewibawaan dan rasa malu
13. Berteman dengan orang shalih
1. Ikhlash dalam menuntut ilmu
2. Beramal dengan ilmu yang telah dipelajari dan menjauhi maksiat
3. Tawadhu’ (rendah hati)
4. Menghormati ulama dan majlis ilmu
5. Sabar dalam menuntut ilmu
6. Berlomba-lomba dalam menuntut ilmu
7. Jujur dan amanah
8. Menyebarkan ilmu dan mengajarkannya
9. Zuhud terhadap dunia
10. Bersungguh-sungguh dalam menjaga waktu dan memanfaatkannya semaksimal mungkin
11. Mengulang pelajaran supaya tidak lupa
12. Adanya kewibawaan dan rasa malu
13. Berteman dengan orang shalih
B. Semangat
Menuntut Ilmu
Menuntut
ilmu harus dilakukan dengan sungguh sungguh. Seseorang yang hanya
bermalas-malasan tidak akan memperoleh ilmu pengetahuan yang diinginkannya.
Seandainya ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan lamunan atau khayalan, tidak
akan ada satu pun manusia yang bodoh. Demikian disebutkan dalam pepatah bahasa
Arab. Jika pengetahuan dapat dieroleh dengan hanya berkhayal, semua orang akan
pandai cukup dengan berhayal. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa ilmu
pengetahuan harus diperoleh dengan bekerja keras.
Selain
bekerja keras, seseorang yang menuntut ilmu harus bersabar.
“Jika
sebongkah batu yang keras dapat terkikis oleh tetesan air terus menerus,
yakinlah bahwa otak manusia akan dapat menerima ilmu dengan ketekunan dan
kesabaran.”
Selalu
bersemangat dan penuh optimis adalah satu sikap yang harus ada dan dimiliki
para pencari ilmu. Sebab, kesungguhan kita dalam segala hal, akan menghasilkan
hasil yang memuaskan.
Allah swt.
berfirman :
“Dan bahwa
manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm :39)
Beberapa
sikap yang menunjukkan sikap semangat dan optimis saat menuntut ilmu, antara
lain sebagai berikut :
1. Fokus terhadap materi yang disampaikan
2. Mengabaikan segala sesuatu yang tidak
terkait dengan pelajaran
3. Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi
terhadap materi yang dipelajari
4. Mempunyai keinginan untuk dapa
menguasai dan mempraktikan materi yang disampaikan
5. Tidak pernah putus asa ketika menemui
kegagalan dan berusaha untuk terus memperbaikinya.
Setelah
mendapat ilmu yang bermanfaat, maka langkah selanjutnya adalah mengamalkan dan
mengajarkannya kepada orang lain. Ilmu yang diamalkan dan diajarkan kepada
orang lain tidak akan habis, malah akan semakin bertambah. Itulah salah satu
keutamaan ilmu daripada harta.
C. Patuh
kepada Orang Tua dan Guru
1. Patuh kepada orang tua
Kiat-kiat patuh terhadap orang tua :
1. Selalu berbicara sopan kepada kedua orangtua, jangan menghardik, mengomel ataupun memukul mereka. Karena walau hanya berkata “AH” saja tidak diperbolehkan dalam Islam.
2. Selalu taat kepada orangtua, selama tidak untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT.
3. Selalu bersikap lemah lembut, janganlah bermuka masam di hadapan mereka.
4. Selalu menjaga nama baik, kehormatan dan harta kedua orangtua, serta tidak mengambil sesuatu tanpa ijin mereka.
5. Selalu melakukan hal-hal yang dapat meringankan tugas mereka bedua, meskipun tanpa diperintah.
6. Selalu bermusyawarah dengan mereka dalam setiap masalah dan meminta maaf dengan baik jika ada perbedaan pendapat.
7. Selalu datang segera, jika mereka memanggil.
8. Selalu menghormati kerabat dan kawan-kawan mereka.
9. Selalu sopan dalam menjelaskan setiap masalah. Jangan membatah mereka dengan perkataan kasar.
10. Selalu membantu ibu dalam pekerjaan di rumah dan membantu ayah dalam pekerjaan di luar rumah (mencari nafkah).
11. Selalu mendoakan mereka berdua.
12. Jangan membantah perintah mereka ataupun mengeraskan suara di atas suara mereka.
13. Jangan masuk ke tempat/kamar mereka, sebelum mendapat ijin.
14. Jangan mendahului mereka saat makan dan hormatilah mereka dalam menyantap makanan dan minuman.
15. Jangan mencela mereka, jika mereka berbuat sesuatu yang kurang baik.
16. Jika merokok, janganlah dihadapan mereka.
17. Jika telah sanggup/mampu mencari rezeki, bantulah mereka.
18. Usahakan bangun dari tempat duduk/tempat tidur, jika mereka datang.
19. Jika meminta sesuatu dari orangtua, mintalah dengan lemah lembut, berterima kasihlah atas pemberian mereka, maafkanlah jika mereka tidak memenuhi permintaan kita dan janganlah terlalu banyak meminta supaya tidak mengganggu mereka.
20. Jangan keluar dari rumah/pergi sebelum mereka mengijinkan, meskipun untuk urusan penting. Jika terpaksa pergi, maka mintalah maaf kepada mereka.
21. Kunjungilah mereka sesering mungkin, berilah hadiah, sampaikan terima kasih atas pendidikan dan jerih payah mereka serta ambillah pelajaran dari anak-anakmu betapa susahnya mendidik mereka. Seperti halnya betapa berat susahnya orangtua kita mendidik kita.
22. Orang yang berhak mendapat penghormatan adalah ibu, kemudian ayah. Ketahuilah bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.
23. Doa kedua orangtua dalam kebaikan ataupun kejelekan di terima oleh Allah Swt. Maka berhati-hatilah terhadap doa mereka yang jelek.
24. Usahakan tidak menyakiti orangtua ataupun membuat mereka marah sehingga membuat diri kita merana di dunia dan akhirat. Ingatlah, anak-anakmu akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan kedua orangtuamu.
25. Kedua orangtuamu mempunyai hak atas kamu, istri/suamimu mempunyai hak atas kamu. Jika suatu ketika mereka berselisih, usahakanlah dipertemukan dan berilah masing-masing hadiah secara diam-diam.
1. Selalu berbicara sopan kepada kedua orangtua, jangan menghardik, mengomel ataupun memukul mereka. Karena walau hanya berkata “AH” saja tidak diperbolehkan dalam Islam.
2. Selalu taat kepada orangtua, selama tidak untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT.
3. Selalu bersikap lemah lembut, janganlah bermuka masam di hadapan mereka.
4. Selalu menjaga nama baik, kehormatan dan harta kedua orangtua, serta tidak mengambil sesuatu tanpa ijin mereka.
5. Selalu melakukan hal-hal yang dapat meringankan tugas mereka bedua, meskipun tanpa diperintah.
6. Selalu bermusyawarah dengan mereka dalam setiap masalah dan meminta maaf dengan baik jika ada perbedaan pendapat.
7. Selalu datang segera, jika mereka memanggil.
8. Selalu menghormati kerabat dan kawan-kawan mereka.
9. Selalu sopan dalam menjelaskan setiap masalah. Jangan membatah mereka dengan perkataan kasar.
10. Selalu membantu ibu dalam pekerjaan di rumah dan membantu ayah dalam pekerjaan di luar rumah (mencari nafkah).
11. Selalu mendoakan mereka berdua.
12. Jangan membantah perintah mereka ataupun mengeraskan suara di atas suara mereka.
13. Jangan masuk ke tempat/kamar mereka, sebelum mendapat ijin.
14. Jangan mendahului mereka saat makan dan hormatilah mereka dalam menyantap makanan dan minuman.
15. Jangan mencela mereka, jika mereka berbuat sesuatu yang kurang baik.
16. Jika merokok, janganlah dihadapan mereka.
17. Jika telah sanggup/mampu mencari rezeki, bantulah mereka.
18. Usahakan bangun dari tempat duduk/tempat tidur, jika mereka datang.
19. Jika meminta sesuatu dari orangtua, mintalah dengan lemah lembut, berterima kasihlah atas pemberian mereka, maafkanlah jika mereka tidak memenuhi permintaan kita dan janganlah terlalu banyak meminta supaya tidak mengganggu mereka.
20. Jangan keluar dari rumah/pergi sebelum mereka mengijinkan, meskipun untuk urusan penting. Jika terpaksa pergi, maka mintalah maaf kepada mereka.
21. Kunjungilah mereka sesering mungkin, berilah hadiah, sampaikan terima kasih atas pendidikan dan jerih payah mereka serta ambillah pelajaran dari anak-anakmu betapa susahnya mendidik mereka. Seperti halnya betapa berat susahnya orangtua kita mendidik kita.
22. Orang yang berhak mendapat penghormatan adalah ibu, kemudian ayah. Ketahuilah bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.
23. Doa kedua orangtua dalam kebaikan ataupun kejelekan di terima oleh Allah Swt. Maka berhati-hatilah terhadap doa mereka yang jelek.
24. Usahakan tidak menyakiti orangtua ataupun membuat mereka marah sehingga membuat diri kita merana di dunia dan akhirat. Ingatlah, anak-anakmu akan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan kedua orangtuamu.
25. Kedua orangtuamu mempunyai hak atas kamu, istri/suamimu mempunyai hak atas kamu. Jika suatu ketika mereka berselisih, usahakanlah dipertemukan dan berilah masing-masing hadiah secara diam-diam.
Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya dapat
direalisasikan dengan memenuhi tidak bentuk kewajiban:
Pertama : Menaati segala
perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.
Kedua : Menjaga
amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
Ketiga : Membantu atau
menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.
Orang tua itu memiliki kasih sayang yang luar biasa
terhadap anaknya sendiri maupun terhadap cucunya. Ketaatan anak terhadap orang tuanya memiliki
hikmah yang luar biasa. Do’a orang tua sangat mustajab terhadap anak dan
cucunya
Oleh karena itu, sebagai anak harus patuh, harus berbakti kepada
orang tuanya jika ingin menjadi sukses di dunia dan di akherat kelak.
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash ra, bahwasannya Rasulullah saw
bersabda,
“Di antara dosa-dosa besar itu ialah orang mencaci ibu-bapaknya”.
Ditanya pula, “Bagaimana orang mencaci ibu-bapaknya?” Beliau bersabda, “Ya, ia
mencaci ayah seseorang, maka orang itu mencaci ayahnya (membalas), ia mencaci
ibu seseorang, dan orang itu mencaci ibunya.” (Muttafaq`alaih) (QS. Al-Ahqaaf
:15,17)
Tidak ada sesuatu yang paling menggembirakan ayah ibu daripada
melihat anaknya dapat menyenangkan hati, berbakti, taat sopan santun dan
cerdas. Begitu juga sebaliknya tiada sesuatu yang lebih menyedihkan hati mereka
daripada melihat anak mereka yang durhaka, pembangkang tidak sopan lagi bodoh.
2. Patuh kepada guru
Setelah hormat dan menghargai ibu bapak,setiap muslim
wajib hormat dan menghargai gurunya. Karena gurulah yang telah berjasa
memberikan pelajaran dan pendidikan kepada muridnya agar menjadi manusia
yang luhur budinya, cakap, serta menjadi warga negara yang berguna bagi tanah air, agama dan
bangsa. Begitu pula agar menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan masyarakat dan negara.
Oleh karena itu guru yang benar-benar menjalankan tugasnya harus di hargai dan di hormati.
Sebagaimana di perintahkan dalam hadits Nabi yang artinya : "Muliakanlah
orang-orang yang telah memberikan pelajaran kepadamu" (HR. Abu Hasan
Mawardi).
Berdasarkan hadits Nabi di atas maka amat tercela
orang yang tak dapat mengharhgai gurunya. Apalagi bersikap tidak sopan dan
meremehkan. Baik guru yang masih memberikan pelajaran atau tidak. Sebab itu
terhadap bekas/mantan guru kita jangan sampai melupakan jasa-jasanya. Hal itu sering kali
terjadi terutama jika bekas murid telah mencapai kedudukan atau pendidikan yang lebih tinggi dari
gurunya.
Bagi pelajar yang setiap hari berhubungan dengan
gurunya,adab sopan santun terhadap mereka perlu di perhatikan dan di
laksanakan.
Yang perlu di perhatikan antara lain :
Yang perlu di perhatikan antara lain :
2.
Taat dan patuh
melakukan perintah guru, asalkan tidak bertentangan dengan ajaran agama
dan undang-undang.
3.
Perhatikanlah
ketika guru sedang memberikan pelajaran dan jangan terlalu banyak bertanya jika
tidak di izinkan.
4.
Tunjukanlah
sikap yang merendahkan diri,selalu hormat dan sopan terhadap guru. Baik dalam
tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari.
5.
Jangan
berjalan di depan guru,kecuali jika di izinkan atau sesuai kondisi tapi
usahakan di belakang guru.
Rasulullah
saw. bersabda:
“Tidak
termasuk golongan kami; orang yang tak menghormati yang lebih tua, tak
menyayangi yang lebih muda, dan tak mengetahui hak seorang ulama”
Syaikh
al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullaah berkata, “Seorang
penuntut ilmu harus memperbaiki adabnya terhadap gurunya, memuji Allah yang telah
memudahkan baginya dengan memberikan kepadanya orang yang mengajarkannya dari
kebodohannya, menghidupkannya dari kematian (hati)nya, membangunkannya dari
tidurnya, serta mempergunakan setiap kesempatan untuk menimba ilmu darinya....”
Hikmah yang bisa dipetik :
1. Berbakti kepada orang
tua dan guru akan membawa berkah, memudahkan urusan, dan dianugerahi nikmat
yang lebih dari Allah.
2. Seorang guru tidak
selalu diatas muridnya, ilmu dan kelebihan itu merupakan anugerah, Allah akan
memberikan anugerah-Nya kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.
3. Keyakinan (iman)
adalah sumber kekuatan dan kebahagiaan.
D. Tokoh
Teladan dalam Menuntut Ilmu
Ar-Razi
Nama dan nasab beliau
Beliau adalah Muhammad bin Idris bin
al-Mundzir bin Daud bin Mihron. Beliau mendapat julukan al-Imam, al-Hafidh,
ahli hadits dan julukan lainnya.
Kelahiran Beliau
Beliau lahir pada tahun seratus sembilan puluh lima hijriah (195
H)
Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Beliau rahimahullah berkata: “Aku menghitung panjangnya
perjalanku dalam mencari hadits, lebih dari tiga ribu mil, aku berjalan
berkali-laki dari Makkah ke Madinah, dari Bahrain menuju Mesir, dari Mesir ke
Ramlah, dari Ramlah ke Baitul Maqdis dan ke Thabariah, dari Thabariyah menuju
Damaskus, dari Damaskus menuju Himsha, dari Himsha menuju Anthakiya, dari
anthakiya menuju Thursus, dari thursus kembali ke Himsha untuk mengambil hadits
yang masih tertinggal dari hadits Abil Yaman, setelah aku mendengar hadits
tersebut maka aku keluar dari Himsha menuju ke Bisan, dari Bisan menuju Rukoh,
dari Rukoh aku menyeberangi sungai Efrat menuju Bagdad, akupun keluar (darinya)
sebelum keluar dari Syam melalui Daerah Washitin, Dari Washitin menuju Kufah,
semua itu aku lalui dengan berjalan kaki, dan ini adalah perjalan pertamaku
dalam mencari hadits, sedangkan umurku pada waktu itu dua puluh tahun, aku
berkeliling (mencari hadits) selama tujuh tahun”.
Kisah kesabaran beliau dalam menuntut ilmu
Beliau menceritakan
tentang dirinya, beliau berkata: “Aku tinggal di Bashroh pada tahun 214 H
selama delapan bulan, sebenarnya aku berniat tinggal padanya selama satu tahun,
lalu habislah perbekalanku, maka akupun menjual bajuku yang aku pakai, helai
demi helai. (setiap hari -red) Aku dan temanku berkeliling mendatangi para
Syaikh(ulama), mendengarkan dari mereka (hadits -red) hingga sore hari, setelah
temanku kembali kerumahnya, akupun kembali ke rumahku dengan tangan kosong
(tanpa membawa makanan), akupun minum air untuk menghilangkan rasa lapar,
keesokan harinya aku berkeliling kembali bersama temanku untuk mendengarkan hadits,
sedangkan aku dalam keadaan sangat lapar, (seperti biasa -red) dia pulang ke
rumahnya dan akupun pulang, sedangkan aku dalam keadaan lapar. Pada keesokan
harinya dia datang kepadaku di waktu pagi dan berkata: “Ayo, berangkat bersama
kami mendatangi Syeikh, maka aku menjawab: “Badanku sangat lemah”, dia
bertanya: “Apa yang membuat badanmu menjadi lemah?”, aku menjawab: “Aku tidak
bisa menyembunyikan kondisiku ini kepadamu, sungguh aku belum makan sejak
beberapa hari. Maka dia berkata: “aku mempunyai sisa uang satu dinar, aku akan
memberimu setengah dinar dan setengahnya kau gunakan untuk membayar sewa.
Setelah itu kami pergi meninggalkan kota Bashrah.
Pujian ulama kepadanya
Tidak
diragukan lagi bahwa Abu Hatim ar-Razi adalah seorang ulama besar yang
mengorbankan jiwa dan hartanya dalam mencari hadits, tidak heran jika banyak
pujian para ulama kepadanya. Diantara pujian ulama kepadanya adalah apa yang
dikatakan oleh al-Hafidh Abdurahman bin Hirasy, dia berkata: “Abu Hatim adalah seorang yang
amanah dan berpengetahuan luas (berilmu -red).
Abul Qosim berkata: “Abu Hatim adalah seorang imam, hafidh, yang kuat(riwayatnya).
Al-Khatib berkata: “Abu Hatim adalah salah satu dari para imam, al- Hafidh, yang kuat(hafalannya)…dia mulai mendengarkan hadits pada tahun dua ratus sembilan hijriyah (209 H).
Al-Khalil berkata: “Abu Hatim adalah orang yang mengetahui tentang perselisihan Sahabat, dan fikih Tabi’in, serta orang-orang yang setelahnya, aku mendengar kakekku dan beberapa orang selain beliau bahwa mereka mendengar Ali bin Ibrahim al-Qothani berkata: “Aku belum pernah melihat seseorang seperti Abu Hatim, maka kami berkata kepadanya: “Bukankah engkau telah melihat Ibrahim al-Harbi dan Ismail al-Qadhi, maka dia berkata: “Aku tidak melihat (mereka) lebih sempurna dari Abu Hatim, dan tidak juga lebih mulia darinya”.
Abul Qosim berkata: “Abu Hatim adalah seorang imam, hafidh, yang kuat(riwayatnya).
Al-Khatib berkata: “Abu Hatim adalah salah satu dari para imam, al- Hafidh, yang kuat(hafalannya)…dia mulai mendengarkan hadits pada tahun dua ratus sembilan hijriyah (209 H).
Al-Khalil berkata: “Abu Hatim adalah orang yang mengetahui tentang perselisihan Sahabat, dan fikih Tabi’in, serta orang-orang yang setelahnya, aku mendengar kakekku dan beberapa orang selain beliau bahwa mereka mendengar Ali bin Ibrahim al-Qothani berkata: “Aku belum pernah melihat seseorang seperti Abu Hatim, maka kami berkata kepadanya: “Bukankah engkau telah melihat Ibrahim al-Harbi dan Ismail al-Qadhi, maka dia berkata: “Aku tidak melihat (mereka) lebih sempurna dari Abu Hatim, dan tidak juga lebih mulia darinya”.
Karya tulis beliau
Beliau
mempunyai banyak karya tulis, diantaranya adalah:
1.Tentang kesalahan imam Bukhari pada tarikhnya.
2.Kitab ‘Ilal Hadits.
3.Kitab Adab Syafi’i dan Manakibnya.
4.Kitab al-Jarhu Wa Ta’dil.
5.Kitab Marasil.
6.Kitab Tafir.
1.Tentang kesalahan imam Bukhari pada tarikhnya.
2.Kitab ‘Ilal Hadits.
3.Kitab Adab Syafi’i dan Manakibnya.
4.Kitab al-Jarhu Wa Ta’dil.
5.Kitab Marasil.
6.Kitab Tafir.
Wafat beliau
Berkata Abul
Husain bin al-Munadi: “Al-Hafidh Abu Hatim meninggal pada bulan sya’ban pada tahun 277
H”. Diriwayatkan bahwa beliau hidup selama delapan puluh tiga
tahun.
Daftar
Pustaka :